“Turki”
Peta Turki |
Ditelinga orang Indonesia Turki sangat identik dengan bangsa
Arab. Begitupun ketika saya memutuskan untuk pergi ke negara ini, banyak sekali
dari orang-orang disekitar saya yang berpikir bahwa Turki adalah Arab, dan Arab
adalah Turki. Pola pikir ini sangat melekat di tanah air.
“Oh Turki, negara Arab itu kan?”
“Bagus lah disana, nanti kamu bisa pintar bahasa Arab”
“Oh disana pesantren ya, nanti kamu pinter ngaji. Disana kan
ngajinya lansung sama orang Arab”
“Turki negara timur tengah itu ya...”
Dan masih banyak lagi pertanyaan semacamnya yang biasa mereka
lontarkan kepadaku saat mereka mendengar kata Turki.
Tepat di
tanggal 11 September 2015 sore aku menunggu penerbanganku ke Turki bersama
dengan teman-temanku. Hal dan perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Dalam
hitungan jam aku akan pergi jauh dari tanah air, memijakkan kaki di tempat
baru, lingkungan baru, jauh dari keluarga dan menjalani kehidupan studyku dengan berjuang sendiri
diperantauan. Entah aku harus senang, sedih, terharu atau gembira? aku sendiri
tak mengerti apa yang kurasakan. Akhirnya waktu yang ditunggu sampai juga dan
saat itu aku dan teman-teman pergi perlahan-lahan menjauh dari tanah air.
Mentari pagi
bersinar membangunkanku dari tidurku. Dalam keadaan setengah sadar aku melihat
sekeliling. ‘Banyak sekali orang’ pikirku. Ketika aku melihat dengan seksama
aku tersadar bahwa ini bukan negeriku. Aku mulai beranjak dari tempatku dan
berjalan keluar badan pesawat yang membawaku pergi kesini. Kiri kananku
dipenuhi dengan orang-orang berkulit putih, hitam, sawo matang, seluruh orang
dari seluruh negeri bak berkumpul menjadi satu disana. Seketika mataku terpana
pada gerakan-gerakan dan model pakaian yang mereka kenakan. Dimana aku melihat
seorang laki-laki memberi salam kepada laki-laki lainnya dengan setengah
memeluk bahkan saling mencium pipi mereka. Orang yang berpakaian hitam-hitam
dengan topi kecil yang menempel diantara rambut yang mereka mungkin sengaja
buat model ikal gantung. Aku merasa sangat asing dengan semua ini, entah
mengapa rasa takut menyelimutiku. Tapi aku tetap menilik dan menerka dari mana
kira-kira mereka datang dengan penasaran.
Aku tak dapat merasakan badanku
sendiri, dimana keberadaannya, kepalaku pusing, perutku mual. Ternyata perjalanan
panjang ini membuatku mabuk udara. Untung saja aku masih sanggup berjalan untuk
melanjutkan perjalananku kembali ke kota tujuanku. Aku hanya transit di
Istanbul untuk melanjutkan perjalanan ke Konya tempatku menimba ilmu nantinya.
Pertama kalinya aku berkomunikasi dengan
orang Turki disini. Mereka sangat senang membantu orang lain dengan tulus,
meski terkadang terlihat kasar tetapi cara mereka membantu kami para pendatang
sangat berkesan buatku. Satu dari mereka bahkan siap mengantar kami yang akan
pergi ke Konya sampai di gerbang keberangkatan. Friendly and helpful,kurasa satu kata ini cukup menggambarkan orang
Turki secara global.
Istanbul, kota cantik yang dikenal
orang seluruh penjuru, kota yang menyimpan secarik sejarah penting masa lalu. Ingin
rasanya aku keluar untuk melihat kecantikan Istanbul saat itu, sayangnya
penerbanganku akan segera membawaku pergi dari kota itu. Melihat Istanbul dari
atas pesawatpun harus cukup untukku saat itu.
Istanbul |
Pesawat mulai take off, dan aku
merasakan perasaan itu kembali. Mual, pusing, yaa... aku mabuk udara lagi. Ini kali
kedua aku naik pesawat dalam hidupku setelah aku terbang jauh dari Jakarta
sampai Istanbul. Kali ini aku dapat melihat pemandangan kota dibalik awan. Waktu
demi waktu berlalu hingga akhirnya aku berada di atas tanah Konya. Gersang, gurun
dengan penuh semak-semak yang kulihat.
*bip bip bip bip*
“Telefon ve metaldan yapilan eşyalarınızı çıkarın, yeniden girin” *5
Aku terdiam. Tak mengerti apa yang mereka katakan.
“Telefon ve metaldan yapilan eşyalarınızı çıkarın, yeniden girin”
Ia mengulang kembali kata-katanya dengan mengisyaratkanku
untuk kembali masuk lewat pintu itu.
*bip bip bip bip*
“Ya telefonuzu çıkarın dedim” *6
Aku masih tak mengerti saat petugas bandara itu mulai geram
menghadapiku. Aku juga sama geramnya dengan mereka, karena mereka memarahiku dengan
kata-kata yang bahkan aku tak dapat mengerti. Temanku memberi tahu apa yang dia
isyaratkan dan menurutinya. Kupikir ini PR untuk kami, untukku belajar bahasa
Turki, untuknya belajar bahasa Inggris.
Orang yang
ditugaskan untuk menjemputku dan teman-teman sudah datang dan menunggu kami. Mereka
menyambut kami dengan senyuman lebar.
“Hoş geldiniz” *7
Aku melihat mereka dengan ekspresi bingung tak mengerti
seraya melontarkan senyum balik pada mereka. Kami dibawanya sampai asrama kami.
Mereka berkali-kali mencoba berinteraksi dengan kami menggunakan bahasanya tapi
tak ada satupun jawaban dari kami. Hanya bertatap-tatapan menandakan saling tak
mengerti.
Mobil
berhenti, sampailah kami di depan asrama. Dengan bantukan mereka kami
mengangkat koper-koper kami dari mobil hingga sampai di asrama. ‘Friendly and helpful’ kesanku ini telah
melekat saat pertamakali aku bertemu dengan orang-orang dari negara ini.
Whats the meaning? (Apakah artinya?)
*1 Boleh aku minta tolong
*2 Ya, tentu
*3 Aku tak punya koneksi internet di kartu sim ataupun wifi. Bisakah aku
lihat penempatan asramaku?
*4Tentu, kamu bisa pakai telfonku
*5 Telfon dan bahan yang terbuat dari metal mohon disimpan dan masuk lagi
*6 Aku sudah bilang simpan telfonmu
*7 Selamat datang
Sumber Foto :
1.http://kakimelancong.com/
2.http://www.bintang.com/
3.http://www.umrahsatu.com/
Sumber Foto :
1.http://kakimelancong.com/
2.http://www.bintang.com/
3.http://www.umrahsatu.com/
Tulisan ini dibuat untuk FLP Challenge (www.flpturki.com.) see the site for more :)
2 komentar:
Hai kak, salam kenal ya, aku putri. Aku seneng bacain blog kakak, karna sangat menginspirasi aku. Boleh aku minta line atau social media kakak? Aku mau tanya tanya tentang jurusan kakak disana, atau kalau bisa kakak kasih email juga gapapa :)
Hai juga :) salam kenal aku ilma.. Terimakasih banyak sudah mampir ke blogku. silahkan tanya lewat email : ilmaalya@yahoo.co.id
Posting Komentar