Turki,
Indonesia,
Dua negara yang tak bisa
dibandingkan keindahannya bagiku.
Bendera Turki-Indonesia |
“Ilma, Turki keren
banget yaa...”
“Turki kan
cantik-cantik tempatnya, pemandangannya juga.”
“Makanan disana
enak-enak ya kayanya.”
“Lingkungan mereka
bersih banget yaa...”
“Orang Turki
cantik-cantik, ganteng-ganteng banget kan?”
Pertanyaan
dan pernyataan klise orang Indonesia tentang negara yang kini ku tempati, negara
yang menjadi bagian cerita hidupku. Kepala boleh sama hitam namun pemikiran
setiap insan tak pernah sama. Masih banyak lagi pendapat mereka yang mereka
lontarkan kepadaku, begitu banyaknya hingga memoriku tak sanggup menyimpan
semuanya.
“Endonezya’dan mı geliyorsun? Orası
nasıl güzel mi?” *1
(baca : Endonezya’dan
me geliyorsun?)
“Haa Endonezyalısın, orası mı güzel?
burası mı güzel?” *2
(baca : Haa
Endonezyalesen orase me guzel burase me guzel)
“Türkiye’yi sevdin mi?” *3
(baca : Turkiye’yi
sewdin mi)
“Burası güzel, değil mi?” *4
(baca : burase guzel
deyil mi?)
“Türkiye güzel, değil mi?
burası herşey var...” *5
(baca : Turkiye guzel
deyil mi? Burase hersyey war)
Beralih
pada pertanyaan klise yang dilontarkan padaku saat mereka tahu aku orang Indonesia.
Orang Turki memang friendly and so courious. Hanya jika kalian tak
bisa bahasa Turki mungkin kalian tak bisa menyadarinya.
Segudang
pertanyaan yang pernah terlintas menghampiri indra pendengaranku ini berulang
kali membuatku bingung, terkadang membungkamku. Kedua negara ini cantik, sangat
cantik pada porsinya masing-masing, bukan untuk dipilih yang mana yang lebih
cantik diantara mereka.
Turki,
ah Turki pesonamu memang mampu merebut hatiku. Keramahan dan ketulusan
rakyatmu, keindahan alammu, kedamaian, ketentraman dan keamanan yang kau
suguhkan padaku. apa yang aku dapat darimu mungkin tak pernah kutemui di tanah
airku sendiri.
Turki,
engkau memang indah. Tapi hatiku telah tertambat oleh tanah airku sendiri,
Indonesia. Mungkin negeriku tak secantik dirimu dalam beberapa hal, tapi
keelokanmu tak dapat mengobati rasa rinduku pada nusantara.
***
*Krucuk Krucuk*
“Aduh lapar banget,
ke yemekhane*6 kali
yaa.. coba ah lihat list, ada makanan
apa hari ini”
“Loh ko ga ada sih di
list hari ini?” pikirku bingung.
“Oh iya, weekend kan tutup...” kataku setelah aku
tersadar hari ini adalah sabtu.
Aku pun mulai mencari makanan
yang bisa kumasak.
“Telur habis, mie
lupa beli, makanan dari Indo kemaren habis semua, duh sial”
Aku tetap mencari makanan dengan
sisa-sisa harapanku.
“Ahh ada sphagetti...”
Setelah masak, aku ingin segera
melahapnya, namun...
“Yahhh saosnya abis
ternyata, yasudahlah.”
Dengan
terpaksa aku harus memakan sphagetti
tanpa saos, tanpa kecap, tanpa garam, bahkan tanpa rasa!
Pikiranku
seketika melayang pada tukang bakso, tukang siomai, tukang mie ayam, tukang
cuankie, tukang sate dan tukang-tukang lainnya yang tak bisa ku sebutkan satu
persatu. Mereka yang selalu menghiasi daerah sekitar rumahku, mereka yang
selalu siap menyajikan makanan dengan sigap saat kuteriaki nama makanannya,
mereka...pahlawan pemberantas kelaparan.
Tukang Bakso |
Tukang Sate |
“Andai saja disini
ada pahlawan seperti mereka, mungkin aku tak akan sengsara seperti ini.” Tiba-tiba
kata itu terlontar dari mulutku.
Jam sudah
menunjukan pukul 10, padahal acara yang akan kuhadiri akan dimulai setengah jam
lagi. Dimana ada aku ada Mba Citra, dimana ada Mba Citra juga ada aku, seperti
saat ini, saat kami akan pergi rapat PPI.
*kriing kriing*
“Halo iya ka?”
“Ilma kamu masih
dimana acaranya udah mau mulai.”
“Ehh iya ka aku baru
keluar ini aku baru mau jalan ke tempat tramvay.*7”
“Oke deh ditunggu yah..”
Tramvay |
“Siapa de?” tanya Mba
Citra.
“Biasa pak ketua...
katanya acaranya udah mau dimulai.”
“Oh oke kita gercep.”
Jalan yang kami tempuh dari
asrama seakan tak berujung.
“Duh masih jauh banget
lagi” keluh Mba Citra.
“Iya nih udah hampir
telat..”
Beberapa menit kemudian kami
sampai ke tempat tramvay tersebut.
“Ko tramvaynya ga dateng-dateng yaa..” aku
mulai tergesa-gesa.
“Iya nih masa ga ada satupun, udah telat lagi”
timpalnya.
“Duhh... coba aja
kaya di Bogor ya, mau kemana aja gampang angkot yang nungguin kita” khayalku.
“Yaahh Bogor lagi...
kota seribu angkot, pergi kemana sih yang susah disana?”
“Disini mah apa
atuh... udah jalan jauh, belom tentu juga tramvaynya ada” timpalku lagi
“Yaudahlah, kita bisa
apa? Nah itu tramvaynya datang”
“Alhamdulillah, oke
kita caw...”
Akhirnya kita
bisa pergi ke tempat yang kita tuju setelah perjuangan berjalan dan menunggu
tramvay yang tak pasti.
Angkot Bogor |
Hal kedua yang
terpenting dan selalu membuatku rindu akan Indonesia, atau lebih tepatnya Bogor
setelah para pahlawan pemberantas kelaparan adalah pahlawan pembawa penumpang
yang selalu berkeliaran di jalan Indonesia, khususnya di kotaku, Bogor.
***
Indonesia,
apapun yang terjadi padamu, apapun kekuranganmu, aku tetap cinta padamu... Tak
ada satupun negeri yang bisa menggantikan bahkan hanya untuk dikatakan sebanding
denganmu. Cintaku tulus, Indonesiaku.
What’s the meaning? (Apa artinya?)
*1 Kamu dari Indonesia? Disana bagus
(cantik) ga?
*2 Haa kamu orang Indonesia,
bagusan disini atau disana?
*3 Kamu suka Turki ga?
*4 Disini bagus kan?
*5 Turki cantik kan? Disini semua
ada.
*6 Tempat makan.
*7 Kereta dalam kota.
Sumber Foto :
Global - Liputan6.com
https://www.masyarakatmandiri.co.id/
http://ratuquinn.livejournal.com/
http://www.rayhaber.com/
Hallobogor.com
Sumber Foto :
Global - Liputan6.com
https://www.masyarakatmandiri.co.id/
http://ratuquinn.livejournal.com/
http://www.rayhaber.com/
Hallobogor.com
Tulisan ini
dibuat untuk FLP Challenge (www.flpturki.com.) see the site for more :)
0 komentar:
Posting Komentar