Yea, what a shocking Turkey... bagi
penduduk asing yang baru pindah ke luar negeri harus selalu siap menghadapi
segala kemungkinan culture shock yang akan di hadapi di negara tujuan. Begitu
pula bagi saya, seorang Indonesia yang hidup di kalangan orang-orang yang
terkesan ramah, sopan dan sangat menghormati orang yang lebih tua. Budaya
makanan dan minuman yang ada di Indonesia yang berbeda. Bahkan ada beberapa
perbedaan di negara dua benua ini yang mengejutkan bahkan membuat
misscommunication bagi sebagian orang. Mau tahu apa saja kira-kira? Mari kita
simak poin-poin di bawah ini sob!
1.
Makanan
dan Minuman di Turkey
Makanan dan minuman di Turkey memang terkenal sebagai makanan
sehat. Tampilan dan penyajiannya juga tak kalah menggoda untuk meningkatkan
nafsu makan kita. Akan tetapi ketika suapan pertama anda melahapnya mungkin
anda akan merasa makanan mereka sedikit kurang bumbu atau “hambar”. Andapun
masih penasaran dan walhasil di suapan keduapun sama masih merasa hambar.
Apakah lidah anda yang salah? Atau memang rasa dari makanan yang anda pesan
begitu? Jawabannya adalah memang rasa makanan itu agak sedikit hambar bila
dibandingkan dengan makanan Indonesia yang serba bumbu sob! Tak seperti
Indonesia yang mengandalkan nasi sebagai kebutuhan makanan pokoknya sehari-hari,
Turki menggunakan roti sebagai kebutuhan pokoknya sehari-hari. Bahkan jika
mereka memakan nasi tetap saja disampingnya terdapat roti sob!
Sup khas Turki |
Ayran |
Dalam hal minuman mereka mengkonsumsi teh dalam jumlah yang
banyak. Bagi orang turki çay1(baca : cay) termasuk kebutukan pokok sob! Maka dari itu jika
kalian berkunjung ke Turki kalian bisa menemui teh di hampir seluruh
restaurant. Ayran2 juga menjadi minuman khas Turki yang tak kalah
populernya dengan çay. Minuman ini adalah campuran yogurt, air dan garam sob!
2.
Perbedaan
Lajur Kemudi
Berbeda dengan Indonesia yang mengaplikasikan lajur kiri
dengan pengemudi di sebelah kanan. Turki menerapkan lajur kanan dengan
pengemudi di sebelah kiri. Perbedaan yang satu ini mungkin tak terlalu ketara
efeknya. Namun tanpa disadari perbedaan yang satu ini berefek ketika akan
menyebrang jalan sob! Hal ini berulang kali terjadi pada saya sendiri, ketika
kita terbiasa menengok ke arah kanan atau kiri terlebih dahulu seperti itu juga
reflex yang kemungkinan terjadi. Suatu hari ketika jalan yang tadinya kosong
ketika saya melongok ke samping kanan dan melanjutkan perjalanan tiba-tiba ada
mobil di belakang saya yang dikendarai ngebut dan mengklaksoni saya. Perlu
hati- hati sob, lebih baik tengok kanan kiri biar aman.
3.
Budaya
Jalan Kaki
Pejalan kaki di Turki |
Di negara yang terkenal dengan mesjid birunya ini memiliki
budaya berjalan kaki yang bisa terlihat dimana-mana sob! Meskipun angkutan
transportasi banyak tersedia diberbagai tempat, akan tetapi dalam beberapa
situasi kita memang dipaksa harus jalan kaki karena angkutan kendaraan tersebut
tidak dapat menjangkau ke tempat yang kita tuju sob. Orang lokal disana juga
terbiasa berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya jika jarak yang ditempuh
tidak terlalu jauh.
4.
Budaya
“Mengambil Piring” Di Restaurant
Budaya mengambil piring di restaurant? Maksudnya apa? Di
tanah air, jika makan di sebuah restaurant para pelayan di restaurant itu tak
akan menghampiri kita, apalagi mengambil piring bekas makan kita sebelum kita
selesai makan dan pergi dengan sendirinya dari tempat tersebut. Karena di
negara kita mengambil piring tersebut dapat diartikan “ayo cepat pergi” atau
secara simple berarti “mengusir”. Akan tetapi di Turki hal ini sangat lazim,
bahkan para pelayan akan menunggu hingga saat makanan atau minuman kita habis.
Ketika habis dengan cekatan mereka akan segera mengambilnya dari meja anda.
Jangan kaget sob! Kalian ga diusir ko...
5.
Membanting
Pintu
Memang tidak semua orang akan menutup pintu dengan cara
membantingnya. Tak setiap saat juga mereka membanting-banting pintu mereka.
Tapi tak jarang orang-orang Turki menutup pintu kecara keras hingga terkesan
membantingnya. Di sini saat orang membanting pintu berarti menunjukkan pertanda
“marah” atau “tidak suka” dengan sesuatu. Tetapi di tanah anatolia ini saat
orang menutup pintu dengan cara membantingnya bukan berarti ia marah, bahkan
perilaku ini tak memiliki arti apa-apa bagi mereka.
6.
Mengucapkan
“Aamiin” Setelah Membaca Al-fatihaah Pada Waktu Shalat
Bagi umat islam jika sedang berada di tanah Al-Fatih ini
mungkin ingin melakukan shalat berjamaah di masjid-masjid lokal yang berdiri
disana. Pada rakaat pertama setelah membaca Al-fatihaah mungkin karena terlalu
senang dan semangat seperti ketika di Indonesia anda akan mengucapkan “aamiin”
dengan lantang. Hingga anda sadar sendiri bahwa hanya anda yang mengucapkan
kata “aamiin” tersebut. Karena disana menyahuti Al-Fatihah dengan “aamiin”
bukanlah hal yang lazim. Jadi disarankan untuk mengucap dengan nada kecil saja,
sob. Kalau tidak bisa-bisa dilihatin sama orang sebelah.
7.
Jangan
Panggil Saya Abla/Abi
Istilah panggilan akrab “kakak” untuk orang yang umurnya lebih
tua meskipun satu tahun. Ketika berkenalan dengan orang Turki yang umurnya
diatas saya, saya selalu reflex mengganti panggilan dengan istilah abla3
atau abi4. Mereka langsung menegur saya seraya berkata “apakah aku
terlihat setua itu? Jangan panggil aku dengan sebutan abla, aku merasa seperti
teyze5” begitu katanya. Sebenarnya perilaku serupa juga sudah mulai
booming di Indonesia terutama di daerah metropolitan. Tetapi secara general
Indonesia masih menerapkan panggilan “kakak” untuk orang-orang yang umurnya
diatas dari si pembicara.
8.
Bertanya
Kepada Orang Asing Dengan Bahasa Turki
Hal yang satu ini tak kalah menariknya sob. Di nusantara saat
kita berpapasan dengan orang asing kita secara otomatis berpikir bahwa mereka
tidak bisa bahasa Indonesia. Masyarakat kita terkadang dengan penuh penasaran
ingin bertanya kepada orang asing tersebut atau sekedar hanya ingin menyapa
mereka. Meski dikehidupan sehari-hari kita tak pernah menggunakan bahasa Inggris
untuk berbicara. Pada saat berbicara dengan orang asing kita akan mencoba
sebisa mungkin menggunakan bahasa inggris. Berbeda dengan orang Turki. Mereka tahu
kita orang asing tetapi mereka akan tetap menggunakan bahasa Turki. Terkadang mereka
ingin tahu dari mana asal kita dengan bertanya “Nerelisin sen?6”, “Türkçe biliyor musun?7”. Namun
saat mereka mengerti bahwa kita tidak bisa bahasa Turki mereka akan pergi
dengan sendirinya. Meski ada sebagian kecil dari mereka yang bisa berbahasa
Inggris.
Sekian pembahasan
kali ini tentang gambaran culture shock yang mungkin dialami oleh orang
Indonesia saat di Turki. Namun perlu diingat juga bahwa culture shock yang
dialami setiap orang yang pindah dari negara asalnya ke luar negeri akan selalu
berbeda berdasar pribadi dan kebiasaan atau pola hidupnya.
***
1 : Teh/Tea
2 : Nama minuman khas Turki terbuat dari yogurt yang
dicampur air dan garam/Turkish beverage made from yogurt mixed with mineral
water and salt
3 : Panggilan setara “kakak” untuk perempuan/ Equal to “sister”
term for those who older than speaker
4 : Panggilan setara “kakak” untuk laki-laki/ Equal to “brother”
term for those who older than speaker
5 : Tante/ Aunt
6 : Kamu orang mana?/ Where are you from?
7 : Apakah kamu tahu bahasa Turki?/ Do you know Turkish
language?
#Sumber Foto/Photo Source
resimlitarifleri.com
tr.wikipedia.org
www.pictaram.com
haber.star.com.tr
www.eskisehirgundem.com
www.goktepe.net
seftiansetia.com
www.sondakika-24.com
health.liputan6.com
sanalikaforum.com
#Sumber Foto/Photo Source
resimlitarifleri.com
tr.wikipedia.org
www.pictaram.com
haber.star.com.tr
www.eskisehirgundem.com
www.goktepe.net
seftiansetia.com
www.sondakika-24.com
health.liputan6.com
sanalikaforum.com
0 komentar:
Posting Komentar